LOMBOK, Lensabali.id - Pemerintah Kabupaten Badung mulai mengkaji penerapan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) untuk menjawab tantangan penyediaan air bersih di wilayah selatan. Teknologi pengolahan air laut menjadi air tawar yang sudah berhasil diterapkan di Gili Trawangan, Lombok Utara, kini menjadi contoh bagi Badung untuk dikembangkan.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Badung, I.B. Gede Arjana, mengatakan, teknologi SWRO sangat relevan untuk menjawab permasalahan aliran air dari hulu yang sering kali tidak sampai ke kawasan selatan. “SWRO ke depan penting bagi Badung. Produksi air dari sungai kini mulai terkendala, sehingga perlu solusi berkelanjutan,” ujarnya, Kamis (6/11/2025).
Arjana menjelaskan, PDAM Tirta Mangutama saat ini sudah memasuki tahap studi kelayakan untuk proyek tersebut. Namun, ia mengakui biaya yang dibutuhkan cukup besar, sehingga pemerintah perlu menyiapkan dukungan, terutama terkait penyediaan lahan untuk fasilitas SWRO.
Sebagai perbandingan, PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) yang mengelola SWRO di Gili Trawangan menggunakan lahan sekitar sembilan are yang lokasinya tidak jauh dari laut. Model kerja sama dengan PDAM setempat dinilai efisien dan dapat dijadikan referensi bagi Badung dalam menyusun skema teknis dan pembiayaan.
Arjana menambahkan, jika lahan tidak disediakan oleh pemerintah, pengelola akan terpaksa membeli tanah sendiri yang berpotensi membuat harga air menjadi lebih tinggi. Karena itu, Pemkab Badung berencana menyiapkan atau membebaskan lahan secara bertahap untuk mendukung pembangunan instalasi tersebut.
“Komitmen pemerintah adalah menyiapkan tanah baik melalui pembebasan bertahap atau pemanfaatan aset yang ada sehingga PDAM bisa menjalankan kerja sama sewa aset, dan masyarakat tetap mendapat air bersih dengan harga wajar,” katanya.
Selain menyiapkan infrastruktur, Pemkab Badung juga meminta agar PDAM menyiapkan skema harga yang adil bagi masyarakat. Arjana menyebut opsi subsidi silang sebagai salah satu langkah agar biaya air dari SWRO tidak terlalu membebani warga.
Sementara itu, Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama, Made Suarsa, menuturkan bahwa hasil olahan air dari SWRO nantinya akan dialirkan ke kawasan industri pariwisata di Badung Selatan yang selama ini mengalami keterbatasan pasokan air. “Selama ini air PDAM sering tidak cukup sampai ke wilayah selatan. Dengan SWRO, kami harap semua kebutuhan air bisa terpenuhi,” ujarnya.
Suarsa menambahkan, kunjungan kerja ke Gili Trawangan menjadi kesempatan penting untuk mempelajari langsung praktik pengolahan air laut menjadi air tawar. “Kami berharap pengalaman ini bisa diterapkan di Badung Selatan agar ketersediaan air di kawasan pariwisata dapat terjamin,” pungkasnya. (*/ap)
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Badung, I.B. Gede Arjana, mengatakan, teknologi SWRO sangat relevan untuk menjawab permasalahan aliran air dari hulu yang sering kali tidak sampai ke kawasan selatan. “SWRO ke depan penting bagi Badung. Produksi air dari sungai kini mulai terkendala, sehingga perlu solusi berkelanjutan,” ujarnya, Kamis (6/11/2025).
Arjana menjelaskan, PDAM Tirta Mangutama saat ini sudah memasuki tahap studi kelayakan untuk proyek tersebut. Namun, ia mengakui biaya yang dibutuhkan cukup besar, sehingga pemerintah perlu menyiapkan dukungan, terutama terkait penyediaan lahan untuk fasilitas SWRO.
Sebagai perbandingan, PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) yang mengelola SWRO di Gili Trawangan menggunakan lahan sekitar sembilan are yang lokasinya tidak jauh dari laut. Model kerja sama dengan PDAM setempat dinilai efisien dan dapat dijadikan referensi bagi Badung dalam menyusun skema teknis dan pembiayaan.
Arjana menambahkan, jika lahan tidak disediakan oleh pemerintah, pengelola akan terpaksa membeli tanah sendiri yang berpotensi membuat harga air menjadi lebih tinggi. Karena itu, Pemkab Badung berencana menyiapkan atau membebaskan lahan secara bertahap untuk mendukung pembangunan instalasi tersebut.
“Komitmen pemerintah adalah menyiapkan tanah baik melalui pembebasan bertahap atau pemanfaatan aset yang ada sehingga PDAM bisa menjalankan kerja sama sewa aset, dan masyarakat tetap mendapat air bersih dengan harga wajar,” katanya.
Selain menyiapkan infrastruktur, Pemkab Badung juga meminta agar PDAM menyiapkan skema harga yang adil bagi masyarakat. Arjana menyebut opsi subsidi silang sebagai salah satu langkah agar biaya air dari SWRO tidak terlalu membebani warga.
Sementara itu, Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama, Made Suarsa, menuturkan bahwa hasil olahan air dari SWRO nantinya akan dialirkan ke kawasan industri pariwisata di Badung Selatan yang selama ini mengalami keterbatasan pasokan air. “Selama ini air PDAM sering tidak cukup sampai ke wilayah selatan. Dengan SWRO, kami harap semua kebutuhan air bisa terpenuhi,” ujarnya.
Suarsa menambahkan, kunjungan kerja ke Gili Trawangan menjadi kesempatan penting untuk mempelajari langsung praktik pengolahan air laut menjadi air tawar. “Kami berharap pengalaman ini bisa diterapkan di Badung Selatan agar ketersediaan air di kawasan pariwisata dapat terjamin,” pungkasnya. (*/ap)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar