DENPASAR, Lensabali.id - Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mencermati potensi tekanan inflasi yang dipicu oleh peralihan musim hujan serta meningkatnya aktivitas wisatawan mancanegara.
“Kami terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama pemerintah daerah,” kata Kepala BI Bali, Erwin Soeriadimadja, di Denpasar, Jumat (4/10).
Ia menjelaskan, perubahan cuaca berisiko menimbulkan hama tanaman yang dapat mengganggu hasil panen hortikultura. Di sisi lain, meningkatnya permintaan barang dan jasa saat musim liburan wisata juga berpotensi mendorong inflasi.
Selain faktor musiman, BI Bali menyoroti pengaruh eksternal seperti kenaikan harga emas dunia, minyak sawit mentah, serta jagung pipilan yang berimbas pada harga daging ayam.
Untuk mengantisipasi, BI menyiapkan langkah operasi pasar, memperkuat kerja sama antar daerah, serta meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan dengan melibatkan perumda pangan, koperasi, hingga badan usaha milik desa. “Pengendalian inflasi pangan juga mencakup kolaborasi petani hingga pelaku hotel, restoran, dan kafe dengan memanfaatkan produk lokal,” ujar Erwin.
Dengan langkah tersebut, ia optimistis inflasi Bali tahun 2025 tetap dalam target 1,5–3,5 persen. Data BPS mencatat, pada September 2025 Bali mengalami deflasi bulanan minus 0,01 persen, sementara inflasi tahunan menurun menjadi 2,51 persen, lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 2,65 persen. (ant/ap)
“Kami terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama pemerintah daerah,” kata Kepala BI Bali, Erwin Soeriadimadja, di Denpasar, Jumat (4/10).
Ia menjelaskan, perubahan cuaca berisiko menimbulkan hama tanaman yang dapat mengganggu hasil panen hortikultura. Di sisi lain, meningkatnya permintaan barang dan jasa saat musim liburan wisata juga berpotensi mendorong inflasi.
Selain faktor musiman, BI Bali menyoroti pengaruh eksternal seperti kenaikan harga emas dunia, minyak sawit mentah, serta jagung pipilan yang berimbas pada harga daging ayam.
Untuk mengantisipasi, BI menyiapkan langkah operasi pasar, memperkuat kerja sama antar daerah, serta meningkatkan efisiensi rantai pasok pangan dengan melibatkan perumda pangan, koperasi, hingga badan usaha milik desa. “Pengendalian inflasi pangan juga mencakup kolaborasi petani hingga pelaku hotel, restoran, dan kafe dengan memanfaatkan produk lokal,” ujar Erwin.
Dengan langkah tersebut, ia optimistis inflasi Bali tahun 2025 tetap dalam target 1,5–3,5 persen. Data BPS mencatat, pada September 2025 Bali mengalami deflasi bulanan minus 0,01 persen, sementara inflasi tahunan menurun menjadi 2,51 persen, lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 2,65 persen. (ant/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar