DENPASAR, Lensabali.id – Investor muda kini mendominasi aktivitas investasi saham di Bali. Bursa Efek Indonesia (BEI) Denpasar mencatat total 172.248 investor saham hingga September 2025, naik 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala BEI Denpasar I Gusti Agus Andiyasa mengatakan, investor berusia 18–25 tahun menjadi kelompok terbesar dengan porsi 30,1 persen. “Tren ini menandakan anak muda semakin sadar pentingnya investasi sejak dini,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Diikuti kelompok usia 31–40 tahun sebesar 25,6 persen, lalu usia 26–30 tahun mencapai 24,4 persen. Berdasarkan pekerjaan, pekerja swasta masih mendominasi 41 persen, disusul pelajar 18 persen, dan wirausaha 14 persen.
Secara keseluruhan, jumlah investor pasar modal di Bali — termasuk saham, obligasi, dan reksa dana — kini mencapai 338 ribu orang, meningkat 15,5 persen dibanding tahun lalu. Wilayah Denpasar menjadi pusat investor tertinggi, disusul Badung dan Buleleng.
Sementara itu, OJK Provinsi Bali mencatat nilai kepemilikan saham mencapai Rp6,21 triliun, naik 30,43 persen dibanding Juli 2024. Adapun nilai transaksi saham meningkat tajam menjadi Rp3,54 triliun, atau tumbuh 65,27 persen.
BEI Bali juga memperluas jangkauan edukasi melalui 29 galeri investasi bekerja sama dengan 21 perusahaan efek. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat literasi dan inklusi keuangan di kalangan generasi produktif.
Menurut Agus, peningkatan literasi sangat penting agar masyarakat bisa berinvestasi dengan cerdas. “Kami ingin investasi tidak hanya menjadi tren, tapi juga budaya finansial yang sehat,” tegasnya.
Hasil survei OJK 2025 menunjukkan indeks literasi pasar modal naik menjadi 17,78 persen, namun tingkat inklusi sedikit menurun menjadi 1,34 persen dibanding tahun sebelumnya. (apn)
Kepala BEI Denpasar I Gusti Agus Andiyasa mengatakan, investor berusia 18–25 tahun menjadi kelompok terbesar dengan porsi 30,1 persen. “Tren ini menandakan anak muda semakin sadar pentingnya investasi sejak dini,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Diikuti kelompok usia 31–40 tahun sebesar 25,6 persen, lalu usia 26–30 tahun mencapai 24,4 persen. Berdasarkan pekerjaan, pekerja swasta masih mendominasi 41 persen, disusul pelajar 18 persen, dan wirausaha 14 persen.
Secara keseluruhan, jumlah investor pasar modal di Bali — termasuk saham, obligasi, dan reksa dana — kini mencapai 338 ribu orang, meningkat 15,5 persen dibanding tahun lalu. Wilayah Denpasar menjadi pusat investor tertinggi, disusul Badung dan Buleleng.
Sementara itu, OJK Provinsi Bali mencatat nilai kepemilikan saham mencapai Rp6,21 triliun, naik 30,43 persen dibanding Juli 2024. Adapun nilai transaksi saham meningkat tajam menjadi Rp3,54 triliun, atau tumbuh 65,27 persen.
BEI Bali juga memperluas jangkauan edukasi melalui 29 galeri investasi bekerja sama dengan 21 perusahaan efek. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat literasi dan inklusi keuangan di kalangan generasi produktif.
Menurut Agus, peningkatan literasi sangat penting agar masyarakat bisa berinvestasi dengan cerdas. “Kami ingin investasi tidak hanya menjadi tren, tapi juga budaya finansial yang sehat,” tegasnya.
Hasil survei OJK 2025 menunjukkan indeks literasi pasar modal naik menjadi 17,78 persen, namun tingkat inklusi sedikit menurun menjadi 1,34 persen dibanding tahun sebelumnya. (apn)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar