KARANGASEM, Lensabali.id – Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas (PSBS PADAS) Provinsi Bali, Ibu Putri Koster, kembali menegaskan pentingnya perubahan pola pikir dalam menangani persoalan sampah. Menurutnya, solusi nyata bagi krisis sampah di Bali hanya bisa dicapai dengan pengelolaan berbasis sumber.
“Sampah sejak awal harus dipilah menjadi sampah organik, anorganik, dan residu. Untuk sampah organik, saya berharap dapat diselesaikan di masing-masing rumah tangga atau sumbernya, sedangkan sampah anorganik dan residu akan dikelola melalui TPS3R dan TPST yang ada di masing-masing desa adat,” ujar Putri Koster saat sosialisasi di Kecamatan Abang dan Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (29/8).
Ia mengingatkan bahwa sistem lama berupa kumpul-angkut-buang ke TPA seperti di Suwung terbukti gagal dan berpotensi menimbulkan masalah serius. “Itu akan menghasilkan uap dan cairan beracun yang dikenal dengan nama zat dioksin, yang tentu sangat berbahaya bagi masyarakat,” tegasnya.
“Sampah sejak awal harus dipilah menjadi sampah organik, anorganik, dan residu. Untuk sampah organik, saya berharap dapat diselesaikan di masing-masing rumah tangga atau sumbernya, sedangkan sampah anorganik dan residu akan dikelola melalui TPS3R dan TPST yang ada di masing-masing desa adat,” ujar Putri Koster saat sosialisasi di Kecamatan Abang dan Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat (29/8).
Ia mengingatkan bahwa sistem lama berupa kumpul-angkut-buang ke TPA seperti di Suwung terbukti gagal dan berpotensi menimbulkan masalah serius. “Itu akan menghasilkan uap dan cairan beracun yang dikenal dengan nama zat dioksin, yang tentu sangat berbahaya bagi masyarakat,” tegasnya.
Wanita yang juga menjabat Ketua TP PKK Provinsi Bali ini menambahkan, persoalan sampah bukan semata tanggung jawab pemerintah. Keberhasilan program PSBS sangat ditentukan oleh keterlibatan aktif masyarakat, kepala desa, bendesa, maupun lurah sebagai ujung tombak pelaksana di lapangan.
Hal senada disampaikan anggota Tim Kerja PSBS Provinsi Bali, Prof. Dr. Ni Luh Kartini. Ia menekankan bahwa pemilahan harus dilakukan sejak awal karena sampah yang sudah tercampur akan sulit ditangani. “Perubahan pola pikir dan kebiasaan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” jelasnya. (hms/ap)
Hal senada disampaikan anggota Tim Kerja PSBS Provinsi Bali, Prof. Dr. Ni Luh Kartini. Ia menekankan bahwa pemilahan harus dilakukan sejak awal karena sampah yang sudah tercampur akan sulit ditangani. “Perubahan pola pikir dan kebiasaan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pengelolaan sampah yang berkelanjutan,” jelasnya. (hms/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar