DENPASAR, Lensabali.id - Bank Indonesia Provinsi Bali melaporkan indeks harga properti di wilayah tersebut tumbuh 1,08 persen pada triwulan III-2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,67 persen.
Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh harga bahan bangunan yang terus bergerak naik. Ia menyebut faktor upah pekerja juga memberi dorongan cukup besar. “Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga unit rumah,” ujarnya.
Dalam survei tiga bulanan, BI menemukan bahwa harga material berkontribusi hingga 84,4 persen terhadap kenaikan indeks, sedangkan upah pekerja menyumbang 43,8 persen. Dampak itu terlihat pada semua kategori rumah: kecil, menengah, hingga besar.
Secara rinci, indeks harga rumah kecil naik 1,66 persen, rumah menengah 1,12 persen, dan rumah besar 0,82 persen. Segmen rumah besar mengalami peningkatan permintaan dengan pangsa penjualan yang bertambah 0,7 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
BI mencatat, meningkatnya harga properti juga dibarengi faktor-faktor yang menekan pasar, seperti suku bunga KPR, keterbatasan lahan, serta tingginya uang muka bagi konsumen. Kenaikan harga material turut menjadi hambatan bagi pengembang.
Dalam hal pembiayaan, sebagian besar pembangunan masih mengandalkan modal internal pengembang sebesar 55 persen. Pinjaman bank menyumbang 36,6 persen, sementara dana dari pembeli hanya 6,3 persen.
Dari sisi konsumen, KPR menjadi skema pembelian yang paling dominan dengan pangsa 62,1 persen. Pembayaran tunai bertahap menempati 34,5 persen, sedangkan pembayaran tunai keras berada pada 3,4 persen.
Survei BI kali ini melibatkan 32 pengembang besar yang aktif membangun hunian di berbagai wilayah Bali. Proses survei dilakukan tatap muka untuk memastikan akurasi data.
Data yang dihimpun mencakup harga rumah, jumlah unit yang dibangun dan terjual, serta ekspektasi harga pada triwulan berikutnya. (apn)
Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh harga bahan bangunan yang terus bergerak naik. Ia menyebut faktor upah pekerja juga memberi dorongan cukup besar. “Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga unit rumah,” ujarnya.
Dalam survei tiga bulanan, BI menemukan bahwa harga material berkontribusi hingga 84,4 persen terhadap kenaikan indeks, sedangkan upah pekerja menyumbang 43,8 persen. Dampak itu terlihat pada semua kategori rumah: kecil, menengah, hingga besar.
Secara rinci, indeks harga rumah kecil naik 1,66 persen, rumah menengah 1,12 persen, dan rumah besar 0,82 persen. Segmen rumah besar mengalami peningkatan permintaan dengan pangsa penjualan yang bertambah 0,7 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.
BI mencatat, meningkatnya harga properti juga dibarengi faktor-faktor yang menekan pasar, seperti suku bunga KPR, keterbatasan lahan, serta tingginya uang muka bagi konsumen. Kenaikan harga material turut menjadi hambatan bagi pengembang.
Dalam hal pembiayaan, sebagian besar pembangunan masih mengandalkan modal internal pengembang sebesar 55 persen. Pinjaman bank menyumbang 36,6 persen, sementara dana dari pembeli hanya 6,3 persen.
Dari sisi konsumen, KPR menjadi skema pembelian yang paling dominan dengan pangsa 62,1 persen. Pembayaran tunai bertahap menempati 34,5 persen, sedangkan pembayaran tunai keras berada pada 3,4 persen.
Survei BI kali ini melibatkan 32 pengembang besar yang aktif membangun hunian di berbagai wilayah Bali. Proses survei dilakukan tatap muka untuk memastikan akurasi data.
Data yang dihimpun mencakup harga rumah, jumlah unit yang dibangun dan terjual, serta ekspektasi harga pada triwulan berikutnya. (apn)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar