Lensabali.id - Fenomena ‘karyawan virtual’ mulai memasuki arus utama industri Indonesia seiring pesatnya adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI). Dorongan efisiensi, kecepatan operasional, serta kebutuhan mengurangi pekerjaan rutin mendorong Cekat AI memperkenalkan sebuah ekosistem yang memadukan chatbot berbahasa natural, automation agent, hingga sistem CRM dalam satu platform terpadu.
EO Cekat AI, Matthew Sebastian, menegaskan bahwa pemanfaatan AI saat ini telah bergerak jauh dari sekadar pembuatan chatbot. “Era AI hari ini bukan lagi sekadar membuat chatbot, tetapi membangun rangkaian ‘karyawan virtual’ yang bisa mengambil alih pekerjaan lintas departemen,” ujarnya,
Setiap modul dalam ekosistem tersebut dirancang untuk fungsi departemen berbeda mulai dari chatbot generasi baru, automation agent untuk tugas berulang, CRM berbasis AI, perangkat layanan pelanggan otomatis, asisten penjualan bertenaga AI, hingga analitik pemasaran yang memetakan customer journey secara otomatis. Seluruhnya bekerja layaknya satu tim staf digital yang menjawab, mencatat, menganalisis hingga memberikan saran dan mengambil keputusan dasar.
Kinerja sistem ini ditopang oleh dua lompatan utama: kemampuan percakapan yang lebih natural serta tingkat halusinasi yang sangat rendah berkat fine-tuning internal. Menurut Matthew, akurasi tersebut menjadi elemen krusial, terutama bagi sektor yang langsung berinteraksi dengan pelanggan.
Dalam ranah pemasaran, ekosistem ini memungkinkan pemetaan perjalanan pelanggan secara otomatis tanpa proses manual berkepanjangan seperti metode lama. Perusahaan dapat langsung mengamati pola perilaku, menilai efektivitas kampanye, sekaligus menyesuaikan bujet iklan secara real time. Sementara itu, di bidang penjualan, asisten AI mendukung respons cepat, merumuskan rekomendasi, sampai melakukan tindak lanjut secara otomatis. Automation agent kemudian menangani pekerjaan administratif yang selama ini menyita waktu tim operasional.
Saat ini, sekitar 3.000 perusahaan di Indonesia telah menggunakan layanan Cekat AI. Tingginya adopsi tersebut sejalan dengan kecenderungan nasional, di mana semakin banyak pelaku usaha mengalihkan pekerjaan repetitif kepada sistem otomatis demi mengurangi beban tenaga kerja manual. Perusahaan bahkan mencatat pertumbuhan hingga 20 kali lipat dalam setahun terakhir, menandai tingginya kebutuhan akan solusi AI terintegrasi.
Untuk memperluas jangkauan, Cekat AI menawarkan ragam pilihan harga mulai paket Rp1 juta hingga paket enterprise bernilai ratusan juta bergantung pada modul dan skala kebutuhan. (*/ap)
EO Cekat AI, Matthew Sebastian, menegaskan bahwa pemanfaatan AI saat ini telah bergerak jauh dari sekadar pembuatan chatbot. “Era AI hari ini bukan lagi sekadar membuat chatbot, tetapi membangun rangkaian ‘karyawan virtual’ yang bisa mengambil alih pekerjaan lintas departemen,” ujarnya,
Setiap modul dalam ekosistem tersebut dirancang untuk fungsi departemen berbeda mulai dari chatbot generasi baru, automation agent untuk tugas berulang, CRM berbasis AI, perangkat layanan pelanggan otomatis, asisten penjualan bertenaga AI, hingga analitik pemasaran yang memetakan customer journey secara otomatis. Seluruhnya bekerja layaknya satu tim staf digital yang menjawab, mencatat, menganalisis hingga memberikan saran dan mengambil keputusan dasar.
Kinerja sistem ini ditopang oleh dua lompatan utama: kemampuan percakapan yang lebih natural serta tingkat halusinasi yang sangat rendah berkat fine-tuning internal. Menurut Matthew, akurasi tersebut menjadi elemen krusial, terutama bagi sektor yang langsung berinteraksi dengan pelanggan.
Dalam ranah pemasaran, ekosistem ini memungkinkan pemetaan perjalanan pelanggan secara otomatis tanpa proses manual berkepanjangan seperti metode lama. Perusahaan dapat langsung mengamati pola perilaku, menilai efektivitas kampanye, sekaligus menyesuaikan bujet iklan secara real time. Sementara itu, di bidang penjualan, asisten AI mendukung respons cepat, merumuskan rekomendasi, sampai melakukan tindak lanjut secara otomatis. Automation agent kemudian menangani pekerjaan administratif yang selama ini menyita waktu tim operasional.
Saat ini, sekitar 3.000 perusahaan di Indonesia telah menggunakan layanan Cekat AI. Tingginya adopsi tersebut sejalan dengan kecenderungan nasional, di mana semakin banyak pelaku usaha mengalihkan pekerjaan repetitif kepada sistem otomatis demi mengurangi beban tenaga kerja manual. Perusahaan bahkan mencatat pertumbuhan hingga 20 kali lipat dalam setahun terakhir, menandai tingginya kebutuhan akan solusi AI terintegrasi.
Untuk memperluas jangkauan, Cekat AI menawarkan ragam pilihan harga mulai paket Rp1 juta hingga paket enterprise bernilai ratusan juta bergantung pada modul dan skala kebutuhan. (*/ap)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar