DENPASAR, Lensabali.id – Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, mengajak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Seruan tersebut disampaikan saat menghadiri Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Bali di Hotel Nirmala, Denpasar, Jumat (11/10).
Festival yang diikuti ratusan pelajar SD dan SMP se-Bali itu menjadi ajang pembinaan sekaligus apresiasi terhadap bahasa, sastra, dan aksara Bali sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah. Dalam sambutannya, Dewa Indra menyampaikan rasa bangga atas antusiasme peserta. “Festival ini adalah bentuk nyata upaya menjaga bahasa daerah agar tetap hidup di tengah gempuran globalisasi,” ujarnya.
Menurutnya, menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing merupakan hal penting, namun mempertahankan bahasa daerah juga menjadi tanggung jawab budaya. “Bahasa, aksara, dan sastra adalah bagian dari jati diri kita. Melestarikannya berarti menjaga akar tradisi dan memperkuat karakter bangsa,” tegasnya.
Dewa Indra juga menekankan bahwa menjaga bahasa ibu bukan tugas mudah karena pengaruh global semakin besar. Karena itu, ia meminta dukungan semua pihak untuk terus menghidupkan penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga dan sekolah.
.jpeg)
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Elis Setiati, menyebut festival ini sebagai wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan ekspresi dan kreativitas dalam berbahasa daerah. “Melalui kegiatan ini, anak-anak diharapkan tumbuh dengan rasa bangga terhadap bahasa ibu mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Sri Haryanti dari Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra menilai kegiatan ini sangat penting bagi pelestarian budaya Bali. Ia berharap festival serupa terus digelar secara berkelanjutan agar generasi muda tidak kehilangan identitas bahasanya.
Menutup kegiatan, Sekda Dewa Made Indra menegaskan bahwa bahasa tidak sekadar alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan karakter dan tata krama. “Bahasa menunjukkan siapa kita. Dengan berbahasa daerah, kita sekaligus melestarikan nilai-nilai kesantunan dan kearifan lokal,” pungkasnya. (hms/ap)
Festival yang diikuti ratusan pelajar SD dan SMP se-Bali itu menjadi ajang pembinaan sekaligus apresiasi terhadap bahasa, sastra, dan aksara Bali sebagai bagian dari kekayaan budaya daerah. Dalam sambutannya, Dewa Indra menyampaikan rasa bangga atas antusiasme peserta. “Festival ini adalah bentuk nyata upaya menjaga bahasa daerah agar tetap hidup di tengah gempuran globalisasi,” ujarnya.
Menurutnya, menguasai bahasa Indonesia dan bahasa asing merupakan hal penting, namun mempertahankan bahasa daerah juga menjadi tanggung jawab budaya. “Bahasa, aksara, dan sastra adalah bagian dari jati diri kita. Melestarikannya berarti menjaga akar tradisi dan memperkuat karakter bangsa,” tegasnya.
Dewa Indra juga menekankan bahwa menjaga bahasa ibu bukan tugas mudah karena pengaruh global semakin besar. Karena itu, ia meminta dukungan semua pihak untuk terus menghidupkan penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga dan sekolah.
.jpeg)
Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Elis Setiati, menyebut festival ini sebagai wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan ekspresi dan kreativitas dalam berbahasa daerah. “Melalui kegiatan ini, anak-anak diharapkan tumbuh dengan rasa bangga terhadap bahasa ibu mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Sri Haryanti dari Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra menilai kegiatan ini sangat penting bagi pelestarian budaya Bali. Ia berharap festival serupa terus digelar secara berkelanjutan agar generasi muda tidak kehilangan identitas bahasanya.
Menutup kegiatan, Sekda Dewa Made Indra menegaskan bahwa bahasa tidak sekadar alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan karakter dan tata krama. “Bahasa menunjukkan siapa kita. Dengan berbahasa daerah, kita sekaligus melestarikan nilai-nilai kesantunan dan kearifan lokal,” pungkasnya. (hms/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar