KARANGASEM, Lensabali.id – Ketua TP PKK Provinsi Bali dan Duta PSBS PADAS, Ny. Putri Suastini Koster, mengajak masyarakat Karangasem meninggalkan cara lama mengelola sampah yang hanya memindahkan masalah ke TPA. Menurutnya, pola “angkut, bawa, buang” telah menyebabkan penumpukan sampah di TPA Suwung selama puluhan tahun dan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan serta lingkungan.
Dalam sosialisasi yang digelar di Gedung SP SKB Disdikpora Karangasem dan Wantilan Kantor Camat Kubu, Senin (15/9), Putri Koster menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumber, seperti rumah, sekolah, dan pasar. “Kalau dari awal tidak dipisahkan, sampah jadi tercampur, berbau, sulit didaur ulang, dan membahayakan kesehatan,” tegasnya.
Dalam sosialisasi yang digelar di Gedung SP SKB Disdikpora Karangasem dan Wantilan Kantor Camat Kubu, Senin (15/9), Putri Koster menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumber, seperti rumah, sekolah, dan pasar. “Kalau dari awal tidak dipisahkan, sampah jadi tercampur, berbau, sulit didaur ulang, dan membahayakan kesehatan,” tegasnya.
Ia memperkenalkan konsep PSBS PADAS, yang berfokus pada pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, serta tata kelola berkelanjutan. Desa disebut sebagai kunci keberhasilan, dengan kepala desa dan bendesa adat sebagai penggerak utama.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof. Ni Luh Kartini, menambahkan bahwa 60 persen sampah Bali bersifat organik dan dapat dikelola langsung oleh keluarga dan desa. Dengan demikian, pemerintah bisa fokus menangani sampah anorganik yang lebih kompleks.
Dengan kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan desa adat, Putri Koster optimistis Karangasem dapat menjadi contoh sukses pengelolaan sampah berbasis sumber. “Mari bergerak bersama. Lingkungan bersih, pariwisata bermartabat, dan hidup masyarakat pun lebih berkualitas,” pungkasnya. (hms/ap)
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof. Ni Luh Kartini, menambahkan bahwa 60 persen sampah Bali bersifat organik dan dapat dikelola langsung oleh keluarga dan desa. Dengan demikian, pemerintah bisa fokus menangani sampah anorganik yang lebih kompleks.
Dengan kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan desa adat, Putri Koster optimistis Karangasem dapat menjadi contoh sukses pengelolaan sampah berbasis sumber. “Mari bergerak bersama. Lingkungan bersih, pariwisata bermartabat, dan hidup masyarakat pun lebih berkualitas,” pungkasnya. (hms/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar