
DENPASAR, Lensabali.id – Persiapan Dekranasda Bali Fashion Week (DBFW) 2025 Sesi 2 memasuki tahap finalisasi. Rapat yang dipimpin Ketua Dekranasda Bali, Ibu Putri Koster, pada Jumat (21/11) menjadi momentum untuk memantapkan seluruh agenda menjelang pelaksanaan pada 2–8 Desember 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Ibu Putri menegaskan bahwa ekosistem fesyen Bali harus diperkuat secara menyeluruh. Menurutnya, desainer tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan penenun, pengrajin aksesori, model, dan pelaku kreatif lainnya.
Meskipun pelaksanaan DBFW dihadapkan pada keterbatasan anggaran, acara ini tetap dirancang berlangsung hingga 14 hari. Hal ini menunjukkan besarnya daya dorong sektor fesyen terhadap ekonomi daerah.
Ia menekankan pentingnya peran desainer dalam menghadirkan karya yang benar-benar dipakai dan memiliki nilai pasar. “Dengan kegiatan ini, ekonomi di berbagai sektor bergerak,” ujarnya.
Ibu Putri juga mengingatkan bahwa seorang desainer harus menguasai keahlian dasar seperti membuat pola, pecah mode, hingga memahami karakter pemakai. Untuk kategori anak-anak, ia meminta agar busana dan penampilan model tetap disesuaikan dengan usia.
Dalam pertemuan tersebut, Ibu Putri menegaskan bahwa ekosistem fesyen Bali harus diperkuat secara menyeluruh. Menurutnya, desainer tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan penenun, pengrajin aksesori, model, dan pelaku kreatif lainnya.
Meskipun pelaksanaan DBFW dihadapkan pada keterbatasan anggaran, acara ini tetap dirancang berlangsung hingga 14 hari. Hal ini menunjukkan besarnya daya dorong sektor fesyen terhadap ekonomi daerah.
Ia menekankan pentingnya peran desainer dalam menghadirkan karya yang benar-benar dipakai dan memiliki nilai pasar. “Dengan kegiatan ini, ekonomi di berbagai sektor bergerak,” ujarnya.
Ibu Putri juga mengingatkan bahwa seorang desainer harus menguasai keahlian dasar seperti membuat pola, pecah mode, hingga memahami karakter pemakai. Untuk kategori anak-anak, ia meminta agar busana dan penampilan model tetap disesuaikan dengan usia.
.jpeg)
Dalam rapat tersebut, ia kembali menyoroti ancaman terhadap kelestarian kain tenun Bali. Data menunjukkan bahwa sekitar 80 persen tenun di pasaran bukan hasil produksi penenun lokal, dan kondisi ini dinilai membahayakan keberlanjutan wastra Bali.
Kadisperindag sekaligus Ketua Harian Dekranasda, I Gusti Ngurah Wiryanata, menyampaikan bahwa kekurangan sesi pertama telah dievaluasi. Tema “Wastra Hitakara” tetap menjadi pedoman utama penyelenggaraan tahun ini.
Selama tujuh hari, DBFW 2025 Sesi 2 akan menampilkan koleksi dari desainer terpilih Dekranasda, desainer umum, instansi pemerintah, perguruan tinggi, BUMN-BUMD, TP PKK, TP Posyandu, dan komunitas Pokli.
Ragam busana yang akan ditampilkan meliputi busana kasual, kerja, busana dewasa, dan busana anak, lengkap dengan aksesori dari berbagai perajin Bali. Ajang ini juga menghadirkan Fashion Photography Competition.
Menutup rapat, Ibu Putri Koster mengajak seluruh pemangku kepentingan menjadikan DBFW 2025 Sesi 2 sebagai ruang kolaborasi untuk memperkuat kreativitas sekaligus menjaga keberlanjutan tenun dan ekosistem fesyen Bali. (*/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar