BULELENG, Lensabali.id - Sebanyak 20 desa di Kabupaten Buleleng, Bali, kini dihadapkan pada ancaman kekeringan yang diperkirakan terjadi sepanjang Oktober 2025. Hal itu terungkap dari hasil kajian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat yang mencatat menurunnya curah hujan di sejumlah wilayah.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, menjelaskan bahwa cuaca kering ekstrem telah melanda beberapa kecamatan, terutama Tejakula, yang sudah lebih dari dua bulan tidak diguyur hujan sama sekali.
“Wilayah Tejakula masuk kategori awas karena tidak turun hujan selama lebih dari 60 hari. Ini menandakan adanya potensi kekeringan meteorologis akibat musim kemarau yang berkepanjangan,” katanya, Selasa (14/10).
Fenomena ini juga sejalan dengan peringatan BMKG yang memprediksi kekeringan ekstrem melanda sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Bali, pada pertengahan Oktober.
Berdasarkan hasil pemetaan BPBD, ada 20 desa yang dinilai berisiko tinggi terdampak, terdiri dari empat desa di Tejakula, satu di Kubutambahan, satu di Sukasada, lima di Busungbiu, dan sembilan di Gerokgak.
Meski demikian, hingga pertengahan bulan, belum ada desa yang mengajukan permintaan bantuan air bersih. Satu-satunya permintaan air datang dari Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, namun bukan karena kekeringan, melainkan untuk mendukung upacara adat setelah adanya perbaikan jaringan PAM.
“Total kami sudah menyalurkan 25 ribu liter air bersih ke Desa Sinabun,” ujar Ariadi.
Ia menambahkan, pihaknya terus melakukan pemantauan lapangan dan bekerja sama dengan BMKG serta perangkat desa untuk memastikan kesiapsiagaan jika kekeringan semakin meluas.
“Kami mengingatkan masyarakat agar tetap hemat air dan waspada terhadap dampak kekeringan ekstrem yang mungkin terjadi,” pungkasnya. (ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar