BADUNG, Lensabali.id – Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menekankan pentingnya kepemimpinan etis dalam tata kelola organisasi publik saat menjadi narasumber dalam acara Internalisasi Kepemimpinan Etis dalam Pengendalian Operasional yang digelar BPJS Ketenagakerjaan di Hotel Pullman, Legian, Badung (22–23 Agustus 2025).
Dalam pemaparannya berjudul “Konsep dan Prinsip Ethical Leadership dalam Pengelolaan Organisasi Publik”, Dewa Indra menegaskan bahwa kepemimpinan bukan sekadar jabatan, melainkan tindakan nyata. Mengutip Donnal Macdannen, ia menyatakan, “Leadership is action, not position.” Ia menambahkan, pejabat publik wajib menjunjung kejujuran, integritas, serta semangat pelayanan, karena standar etika pemimpin ditentukan langsung oleh masyarakat.
Dalam pemaparannya berjudul “Konsep dan Prinsip Ethical Leadership dalam Pengelolaan Organisasi Publik”, Dewa Indra menegaskan bahwa kepemimpinan bukan sekadar jabatan, melainkan tindakan nyata. Mengutip Donnal Macdannen, ia menyatakan, “Leadership is action, not position.” Ia menambahkan, pejabat publik wajib menjunjung kejujuran, integritas, serta semangat pelayanan, karena standar etika pemimpin ditentukan langsung oleh masyarakat.
Sekda Bali mencontohkan bagaimana pemimpin harus berani mengambil keputusan cepat dalam situasi darurat, termasuk pengelolaan keuangan daerah yang penuh keterbatasan namun sarat tuntutan publik. “Keputusan dalam pemerintahan bukan hanya soal regulasi di atas kertas, tetapi keberanian untuk menyeimbangkan kebutuhan masyarakat dengan aturan dan kemampuan anggaran,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan transparansi. Menurutnya, pemimpin harus mampu menggerakkan orang dengan membangun kepercayaan dan sikap empatik. “Staf itu tidak bodoh, yang membedakan hanyalah kuasa. Karena itu, pemimpin harus bijak, berpengetahuan, dewasa secara emosional, serta berlandaskan etika dan hukum,” tegasnya.
Menutup sesi, Dewa Indra mengingatkan bahwa pemimpin publik tidak boleh hanya berdiam di balik meja. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang hadir, melayani, dan menginspirasi,” pungkasnya. (hms/ap)
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan transparansi. Menurutnya, pemimpin harus mampu menggerakkan orang dengan membangun kepercayaan dan sikap empatik. “Staf itu tidak bodoh, yang membedakan hanyalah kuasa. Karena itu, pemimpin harus bijak, berpengetahuan, dewasa secara emosional, serta berlandaskan etika dan hukum,” tegasnya.
Menutup sesi, Dewa Indra mengingatkan bahwa pemimpin publik tidak boleh hanya berdiam di balik meja. “Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang hadir, melayani, dan menginspirasi,” pungkasnya. (hms/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar