DENPASAR, Lensabali.id – BPS Bali melaporkan penurunan signifikan luas sawah di Pulau Dewata. Dalam lima tahun terakhir, lahan baku sawah berkurang 6.522 hektare, dari 70.996 hektare pada 2019 menjadi 64.474 hektare pada 2024.
Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan, menyebut data tersebut bersumber dari keputusan Menteri ATR/BPN. “Untuk 2025, sampel yang digunakan masih mengacu pada data 2024 sampai ada pembaruan,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin (3/11/2025).
Penurunan lahan sawah membuat Bali menempati posisi kesembilan secara nasional dalam persentase penyusutan lahan. Agus menyebut tren ini cukup mengkhawatirkan karena berdampak langsung pada produksi pangan daerah.
Hasil pencatatan KSA menunjukkan luas panen padi 2025 diperkirakan 99,54 ribu hektare, turun 4,11 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun pola panen masih sama, periode Oktober 2025 diprediksi menghasilkan panen lebih sedikit.
Namun, Agus menambahkan potensi peningkatan bisa terjadi pada November dan Desember. “Secara umum, tren panen tahun ini lebih rendah di dua subround pertama,” katanya.
BPS juga mencatat produksi padi tahun ini sebesar 614,86 ribu ton, turun 3,24 persen dibandingkan 2024. Jika dikonversi, hasil beras yang diperoleh Bali mencapai 346,75 ribu ton.
Penurunan produksi dan luas sawah ini, menurut BPS, menjadi sinyal perlunya upaya serius menjaga ketahanan pangan dan membatasi alih fungsi lahan.
Agus menegaskan, “Kita harus cermat menjaga lahan produktif agar produksi beras Bali tetap stabil di tahun-tahun mendatang.” (*/apn)
Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan, menyebut data tersebut bersumber dari keputusan Menteri ATR/BPN. “Untuk 2025, sampel yang digunakan masih mengacu pada data 2024 sampai ada pembaruan,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin (3/11/2025).
Penurunan lahan sawah membuat Bali menempati posisi kesembilan secara nasional dalam persentase penyusutan lahan. Agus menyebut tren ini cukup mengkhawatirkan karena berdampak langsung pada produksi pangan daerah.
Hasil pencatatan KSA menunjukkan luas panen padi 2025 diperkirakan 99,54 ribu hektare, turun 4,11 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun pola panen masih sama, periode Oktober 2025 diprediksi menghasilkan panen lebih sedikit.
Namun, Agus menambahkan potensi peningkatan bisa terjadi pada November dan Desember. “Secara umum, tren panen tahun ini lebih rendah di dua subround pertama,” katanya.
BPS juga mencatat produksi padi tahun ini sebesar 614,86 ribu ton, turun 3,24 persen dibandingkan 2024. Jika dikonversi, hasil beras yang diperoleh Bali mencapai 346,75 ribu ton.
Penurunan produksi dan luas sawah ini, menurut BPS, menjadi sinyal perlunya upaya serius menjaga ketahanan pangan dan membatasi alih fungsi lahan.
Agus menegaskan, “Kita harus cermat menjaga lahan produktif agar produksi beras Bali tetap stabil di tahun-tahun mendatang.” (*/apn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar