𝗙𝗲𝗻𝗼𝗺𝗲𝗻𝗮 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮 𝗱𝗶 𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗶𝗸𝘀𝗮: 𝗗𝘂𝗮 𝗕𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗶𝘁𝗮𝗿𝗶 𝗕𝘂𝗺𝗶 𝗵𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮 𝟮𝟬𝟴𝟯 - LENSA BALI

Hot


Sabtu, 25 Oktober 2025

𝗙𝗲𝗻𝗼𝗺𝗲𝗻𝗮 𝗟𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮 𝗱𝗶 𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗶𝗸𝘀𝗮: 𝗗𝘂𝗮 𝗕𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗻𝗴𝗶𝘁𝗮𝗿𝗶 𝗕𝘂𝗺𝗶 𝗵𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮 𝟮𝟬𝟴𝟯



JAKARTA, Lensabali.id - Bumi ternyata tak hanya ditemani oleh satu Bulan. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengonfirmasi keberadaan sebuah asteroid kecil yang kini ikut mengorbit planet kita. Namun, satelit alami “kedua” ini bukan pendamping permanen para ilmuwan memperkirakan benda langit tersebut hanya akan bertahan hingga tahun 2083.

Asteroid yang dinamai 2025 PN7 ini ditemukan oleh tim peneliti dari University of Hawaii. Benda langit tersebut mengitari Bumi dalam lintasan yang hampir seirama dengan orbit planet kita, menjadikannya apa yang disebut para astronom sebagai quasi-moon atau “Bulan semu.”

Diperkirakan sudah mengiringi Bumi selama enam dekade terakhir, asteroid berukuran sekitar 18–36 meter ini akan terus bertahan di orbit hingga beberapa puluh tahun ke depan sebelum akhirnya keluar dari jalur gravitasinya.

Berbeda dengan Bulan utama yang benar-benar terikat oleh gaya tarik Bumi, 2025 PN7 hanya bergerak di jalur yang longgar. Saat mendekat, jaraknya mencapai sekitar 4 juta kilometer, sementara pada titik terjauhnya bisa menjauh hingga 17 juta kilometer sekitar 40 kali jarak antara Bumi dan Bulan.

Pergerakan unik ini terjadi akibat tarikan gravitasi antara Bumi dan Matahari. Fenomena tersebut membuat asteroid ini “terperangkap” dalam orbit yang tak stabil dan bersifat sementara.

2025 PN7 pertama kali terdeteksi awal tahun ini melalui pengamatan teleskopik rutin. Awalnya, ia hanya tampak seperti titik samar di angkasa, sebelum kemudian dikonfirmasi sebagai pengiring Bumi. Menariknya, ini bukan yang pertama sejauh ini, ilmuwan telah mencatat delapan quasi-moon yang pernah singgah di sekitar planet kita.

Bagi para astronom, temuan ini menjadi kesempatan berharga untuk mempelajari lebih dalam tentang dinamika gravitasi di sekitar Bumi dan interaksi benda-benda langit di orbit dekat planet. Fenomena seperti ini juga membantu mereka memahami bagaimana asteroid bisa “menyelinap” masuk dan keluar dari tarikan gravitasi planet besar.

Meski begitu, Bulan tetap menjadi satu-satunya satelit alami sejati Bumi lebih besar, lebih terang, dan menjadi bagian tak tergantikan dari sistem tata surya kita. Sementara itu, 2025 PN7 hanyalah tamu sementara yang dengan tenang mengikuti langkah Bumi dalam menari mengelilingi Matahari. (ap)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar