Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang, menyampaikan bahwa penghentian operasi dilakukan berdasarkan prosedur operasional standar (SOP) pencarian korban bencana. Dalam prosesi penutupan yang digelar secara daring, ia menegaskan bahwa seluruh upaya maksimal telah dikerahkan selama dua puluh hari terakhir.
"Hingga hari ke-20, tidak ada tanda-tanda penemuan korban lagi. Sesuai aturan, maka operasi SAR resmi kami tutup," ujar Nanang dalam keterangannya.
Upacara penutupan digelar di ruang rapat Kantor ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang, Banyuwangi. Sejumlah pihak turut hadir dan menandatangani berita acara penutupan, termasuk perwakilan Kantor SAR, ASDP Ketapang, dan Kementerian Perhubungan melalui KSOP Tanjung Wangi.
Sejak tragedi terjadi, tim SAR berhasil mengevakuasi total 49 orang. Dari jumlah tersebut, 30 orang berhasil selamat, sementara 19 lainnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Namun, masih terdapat ketidakjelasan terkait total korban.
Dari data manifes resmi, tercatat terdapat 53 penumpang dan 12 kru dalam kapal saat insiden terjadi. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya penumpang baik selamat maupun meninggal yang tidak tercantum dalam manifes.
Hal ini menyisakan misteri tentang jumlah korban yang sebenarnya. Hingga operasi ditutup, diperkirakan masih ada 4 korban yang belum ditemukan.
Dengan ditutupnya operasi, seluruh unsur yang terlibat dikembalikan ke satuannya masing-masing. Unsur tersebut meliputi tim Basarnas, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat, kepolisian, serta relawan yang selama ini terlibat langsung di lapangan.
Nanang mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kerja keras seluruh pihak yang telah berjibaku di tengah cuaca ekstrem dan kondisi medan yang sulit selama proses pencarian.
Meski operasi resmi dihentikan, harapan masih terbuka. Apabila di kemudian hari ditemukan tanda-tanda keberadaan korban, pihak SAR menyatakan siap untuk mengaktifkan kembali operasi pencarian.
"Jika suatu hari ditemukan bukti atau temuan baru, maka operasi SAR bisa kembali difungsikan," tutup Nanang.
Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menjadi pengingat penting akan perlunya pengetatan prosedur keselamatan pelayaran, termasuk pendataan manifes penumpang secara akurat. Selain itu, insiden ini memperlihatkan betapa pentingnya sinergi semua pihak dalam menangani bencana kemanusiaan. (lb/redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar