DENPASAR, Lensabali.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bali memanfaatkan momentum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai sarana untuk memberikan edukasi tentang pemilu kepada para siswa baru yang berpotensi menjadi pemilih pemula.
“Kami menjadikan MPLS sebagai kesempatan untuk menyampaikan materi demokrasi, dan kegiatan ini sudah berjalan di sejumlah sekolah,” ujar Komisioner KPU Bali, I Gede John Darmawan, di Denpasar, Rabu.
Hingga hari ketiga pelaksanaan MPLS, KPU Bali telah menyampaikan materi di hampir 100 SMA dan SMK yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Rinciannya, antara lain: Denpasar (20 sekolah), Badung (5), Tabanan (4), Jembrana (11), Buleleng (10), Bangli (6), Karangasem (12), Klungkung (7), dan Gianyar (16).
“Kami menyesuaikan dengan jadwal sekolah. Beberapa ada yang menyisipkan sesi tambahan setelah MPLS, seperti kegiatan P5, dan sebagian lainnya sudah menerima materi sejak pra-MPLS,” jelas Gede John.
KPU menyasar siswa baru yang kini berusia sekitar 15 tahun karena mereka akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2029. Meski pemilu masih cukup jauh, KPU menekankan bahwa tujuan sosialisasi kali ini bukan sekadar meningkatkan partisipasi, tetapi lebih kepada membangun kesadaran akan pentingnya demokrasi.
“Fokus kami adalah memberikan pemahaman tentang makna demokrasi dan alasan pentingnya pemilu diselenggarakan, bukan sekadar mengajak mereka memilih di tahun 2029,” terang Komisioner Divisi Partisipasi Masyarakat dan SDM itu.
Gede John juga menyoroti tantangan yang dihadapi tahun ini, yaitu kurangnya pengetahuan siswa mengenai proses demokrasi. Ia menyebut banyak siswa belum memahami arti penting pemilu karena belum pernah mengalami langsung proses tersebut.
“Banyak dari mereka yang belum memahami atau bahkan belum mengenal apa itu demokrasi. Mereka belum menyadari pentingnya proses pemilu karena belum pernah merasakannya. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk memantik minat dan kesadaran mereka,” tambahnya.
Meskipun demikian, antusiasme siswa dinilai cukup tinggi. Hal itu terlihat dari keterlibatan mereka dalam sesi diskusi interaktif, yang juga menjadi bahan evaluasi bagi KPU dalam menyampaikan materi edukasi demokrasi.
KPU Bali berharap hingga MPLS berakhir, lebih banyak sekolah bisa dijangkau. Dengan begitu, semakin banyak calon pemilih pemula yang mendapat pemahaman awal tentang demokrasi dan penyelenggaraan pemilu, sebagai fondasi partisipasi mereka di masa mendatang.(ant/ap)
“Kami menjadikan MPLS sebagai kesempatan untuk menyampaikan materi demokrasi, dan kegiatan ini sudah berjalan di sejumlah sekolah,” ujar Komisioner KPU Bali, I Gede John Darmawan, di Denpasar, Rabu.
Hingga hari ketiga pelaksanaan MPLS, KPU Bali telah menyampaikan materi di hampir 100 SMA dan SMK yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Rinciannya, antara lain: Denpasar (20 sekolah), Badung (5), Tabanan (4), Jembrana (11), Buleleng (10), Bangli (6), Karangasem (12), Klungkung (7), dan Gianyar (16).
“Kami menyesuaikan dengan jadwal sekolah. Beberapa ada yang menyisipkan sesi tambahan setelah MPLS, seperti kegiatan P5, dan sebagian lainnya sudah menerima materi sejak pra-MPLS,” jelas Gede John.
KPU menyasar siswa baru yang kini berusia sekitar 15 tahun karena mereka akan menjadi pemilih pemula pada Pemilu 2029. Meski pemilu masih cukup jauh, KPU menekankan bahwa tujuan sosialisasi kali ini bukan sekadar meningkatkan partisipasi, tetapi lebih kepada membangun kesadaran akan pentingnya demokrasi.
“Fokus kami adalah memberikan pemahaman tentang makna demokrasi dan alasan pentingnya pemilu diselenggarakan, bukan sekadar mengajak mereka memilih di tahun 2029,” terang Komisioner Divisi Partisipasi Masyarakat dan SDM itu.
Gede John juga menyoroti tantangan yang dihadapi tahun ini, yaitu kurangnya pengetahuan siswa mengenai proses demokrasi. Ia menyebut banyak siswa belum memahami arti penting pemilu karena belum pernah mengalami langsung proses tersebut.
“Banyak dari mereka yang belum memahami atau bahkan belum mengenal apa itu demokrasi. Mereka belum menyadari pentingnya proses pemilu karena belum pernah merasakannya. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk memantik minat dan kesadaran mereka,” tambahnya.
Meskipun demikian, antusiasme siswa dinilai cukup tinggi. Hal itu terlihat dari keterlibatan mereka dalam sesi diskusi interaktif, yang juga menjadi bahan evaluasi bagi KPU dalam menyampaikan materi edukasi demokrasi.
KPU Bali berharap hingga MPLS berakhir, lebih banyak sekolah bisa dijangkau. Dengan begitu, semakin banyak calon pemilih pemula yang mendapat pemahaman awal tentang demokrasi dan penyelenggaraan pemilu, sebagai fondasi partisipasi mereka di masa mendatang.(ant/ap)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar